Jumat, 12 Desember 2008

Artikel Tugas Persentasi

Persaingan Teknologi CDMA dan GSM

MASYARAKAT mulai merasakan manfaat kompetisi di sektor telekomunikasi dan persaingan teknologi serta persaingan
bisnis antar-operator memberi alternatif pilihan yang menguntungkan. Dengan masuknya Telkomflexi yang berbasis
teknologi CDMA (code division multiple access), maka sekarang masyarakat dapat menikmati layanan telepon seluler
dengan tarif telepon tetap PSTN. Jadi telepon seluler bukan barang mewah lagi.

DALAM menangani persaingan ini, peranan dan konsistensi regulator benar diuji. Yaitu bagaimana kebijakan dan
kebijaksanaan regulasi sektor telekomunikasi untuk mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan para pemain
bisnis.

Permasalahan utama pemerintah selama ini adalah bagaimana mempercepat penambahan infrastruktur telekomunikasi
di Indonesia. Kepadatan telepon (teledensitas) sampai saat ini baru 3,7 persen, atau rata-rata tiga telepon di antara
seratus penduduk. Tentunya angka ini akan lebih kecil lagi untuk di daerah-daerah pedesaan atau daerah terpencil yang
bisa hanya mencapai 0,01 persen saja. Diperlukan terobosan-terobosan teknologi dan regulasi untuk mendongkrak
angka teledensitas Indonesia yang sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita.

Di Indonesia, liberalisasi bisnis seluler dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah mulai membuka kesempatan kepada
swasta untuk berbisnis telepon seluler dengan cara kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana ketika teknologi GSM
(global system for mobile) datang dan menggantikan teknologi seluler generasi pertama yang sudah masuk sebelumnya
ke Indonesia seperti NMT (nordic mobile telephone) dan AMPS (advance mobile phone system)

Teknologi GSM lebih unggul, kapasitas jaringan lebih tinggi, karena efisiensi di spektrum frekuensi. Sekarang, dalam
kurun waktu hampir satu dekade, teknologi GSM telah menguasai pasar dengan jumlah pelanggan lebih dari jumlah
pelanggan telepon tetap. Tren ini akan berjalan terus karena di samping fitur-fiturnya lebih menarik, telepon seluler masih
merupakan prestise, khususnya bagi masyarakat Indonesia.

Namun, sampai saat ini telepon seluler masih merupakan barang mewah, tidak semua lapisan masyarakat bisa
menikmatinya. Tarifnya masih sangat tinggi dibandingkan dengan telepon tetap PSTN (public switched telephone
network), baik untuk komunikasi lokal maupun SLJJ (sambungan langsung jarak jauh), ada yang mencapai Rp 4.500 per
menit flat rate untuk komunikasi SLJJ.

Namun, berapa pun tarif yang ditawarkan operator seluler GSM, karena tidak ada pilihan lain, apa boleh buat, diambil juga.
Terutama karena telepon PSTN tidak bisa diharapkan. Jadi, masuknya CDMA menjanjikan solusi teknologi yang ekonomis
untuk memenuhi kewajiban pemerintah dalam mempercepat penambahan PSTN. Apalagi, CDMA datang dengan
teknologi seluler 3G, yang menawarkan fitur-fitur yang lebih canggih dibandingkan dengan teknologi GSM. Keunggulan ini
sekaligus dapat memenuhi kebutuhan gaya hidup masyarakat modern.

5 komentar:

  1. gw seneng dengan tpk loe!!
    karena jaman skrag ne,,
    cdma sama gsm sedang berpacu untuk jadi yang terbaik!!

    add gw di jimmimg.blogspot.com
    kasih komen jga ya!

    BalasHapus
  2. Iy saia merasa tentng hp gsm dan cmda bnyk perkmbngan yg bgs.


    Si pemberontak kecil minta d coment

    BalasHapus
  3. hmm...

    rancak bana artikelnya.
    hahaha

    mudah2an berguna iah bagi nusa dan bangsa..

    BalasHapus
  4. aihh,, gsm lg gsm lg!!
    jd ingt hp gw yng ilang euy,hixhix.

    mantav dah artikelnya!

    jd kedepannya, orang banyak yg pake gsm ato cdma sat??

    intheri9hts1d3.blogspot.com

    BalasHapus
  5. materi presentasi anda sangat bagus dan mendalam...!

    BalasHapus